Minggu, 25 Desember 2011

Counter Strike

Counter-Strike atau yang biasa disebut dengan 'CS' adalah sebuah game video FPS (First Person Shooter) yang merupakan modifikasi dari permainan video Half-Life. Permainan ini telah berkembang menjadi serangkaian permainan baru sejak diluncurkan oleh Valve.
Counter-Striker menampilkan 2tim yaitu tim counter-terrorist (CT) yang melawan tim teroris dalam tiap ronde pada sebuah map.


Ada berbagai jenis cara untuk memenangkan tiap ronde dalam sebuah map selain membunuh seluruh anggota tim lawan.

1. Penjinakan bom (Bomb defusal)
Berlaku untuk map yang berawal de, contoh : de_inferno, de_aztec, de_dust, dll.
Dalam skenario ini, tim teroris bertugas untuk memasang bom pada tempat yang sudah disediakan, yakni bomsite A dan B. Sedangkan tim counter-terrorist bertugas sebaliknya, mereka harus menjinakkan bom yang sudah di pasang atau mencah tim teroris memasang bom. Meskipun seluruh anggota tim teroris telah terbunuh, apabila tim counter-terrorist terlambat untuk menjinakkan bom maka tim teroris lah yang memenangkan ronde tersebut.

2. Penyelamatan sandera (Hostage rescue)
Berlaku untuk tempat yang berawalan cs, contoh : cs_assault, cs_militia, cs_office, dll.
Di tempat ini, tim counter-terrorist harus menyelamatkan sejumlah sandera (hostage) yang berada di markas teroris.

3. Pembunuhan rahasia (Assasination)
Berlaku untuk tempat yang berawalan as, contoh : as_tundra, as_oilrig, dll.
Dalam skenario assasination, salah seorang anggota counter-terrorist akan terpilih secara acak untuk menjadi VIP di timnya. VIP tidak boleh terbunuh hingga mencapai tempat yang aman (biasanya helikopter atau tank).

4. Lapangan tembak (Fight Yard)
Berlaku untuk tempat yang berawalan fy, contoh : fy_rush, fy_unseen, dll.
Dalam skenario ini kedua tim hanya melakukan baku tembak hingga seluruh anggota salah satu tim terbunuh.


Untuk Counter-Strike versi Indonesia, Megaxus yang merupakan developer CS-Indo menambahkan mode terbaru yang sangat diminati oleh anak-anak, yaitu Zombie-Scenario. Pada mode Zombie-Scenario ini kedua tim (counter-terrorist dan terroris) bersatu untuk melawan musuh yang tidak dapat mereka kalahkan, ZOMBIE. Zombie akan terpilih secara acak pada setiap rondenya dan kita tidak dapat mengetahui siapa dan dimana zombie akan muncul. Pada mode ini akan terdapat 2 tim, yakni Human (counter-terrorist dan terroris) dan Zombie yang akan dipilih secara acak ketika ronde dimulai. Human harus selamat dari kejaran zombie atau membunuh semua zombie agar dapat memenangkan ronde ini. Sebaliknya, zombie harus berhasil membunuh seluruh human dan mengubahnya menjadi zombie.

Ukiran Sang Pemimpi

Anak kecil berpakaian lusuh itu berlari menelusuri lorong kecil yang ada di sela bangunan tinggi itu. Nafasnya terengah – engah, keringatnya bercucuran. Ia makin mempercepat langkahnya, serasa ada anjing galak yang mengejarnya dari belakang. Adrenalinnya semakin terpacu setelah satu teriakan akhirnya menggelegar dari belakang.
“mali.....ng!!”
“berhenti kau! Dasar bocah!”
Ia tak tahu harus bagaimana. Ia hanya bisa lari dan lari. Ia tak mampu menjelaskan pada orang - orang itu kalau ia tak bersalah. Orang – orang itu sudah terlalu memandang buruk padanya. Ia adalah pencuri! Semua karena salahnya, kenapa ia berusaha menghadang teman – temannya yang sedang mencuri waktu itu. Tak ada gunanya menyesali diri. Ia sudah terlalu jauh jatuh dalam perangkap teman – temannya.
Ia mulai kewalahan. Otot – ototnya terasa menegang. Ia tak kuat lagi untuk lari. Persendiannya serasa mau lepas. Orang – orang itu masih mengejarnya. Ia menoleh kebelakang. Tampak jelas olehnya yang mengejar itu adalah pedagang makanan tadi dan beberapa orang preman pasar. Ada yang membawa pentungan. Ia semakin ketakutan. Jika ia berhenti di sini, nyawanya akan terancam. Ia sudah terlanjur lari sejauh ini.
Kakinya tiba – tiba tersandung batu. Ia pun terhuyung – huyung dan jatuh ke tanah becek. Orang - orang akhirnya mendapatinya. Sebuah pukulan akan mendarat di kepalanya. Pikirannya mulai berkelut. Air matanya meledak. Wajahnya pucat. Ia mencoba menghalangi pukulan itu dengan kedua tangannya.
“Ampuuuuuunnnn!!!!! Aku tidak bersalaaaah!!!!”
Ia terbangun dari mimpi buruknya. Keringatnya membasahi pakaiannya yang kelabu itu. Nafasnya terengah – engah. Syukurlah hanya mimpi. Ia sadar ia terlelap ketika sedang bermain dengan ukiran kayunya. Ia teringat kejadian siang tadi. Ia baru saja diusir oleh ayahnya dari rumah gara – gara tidak mau mengikuti permintaan ayahnya untuk mengemis dan mengamen di jalanan. Itu bukan jiwanya. Ia lebih senang membantu ibunya berjualan minuman dari pada itu.
Ia mengambil kain kasar yang sudah kotor seperti terkena arang itu, dan menggosokkan pada patung yang barusan ia ukir. Sudah tujuh buah ukiran yang ia buat. Di usianya yang baru genap 10 tahun ini, seharusnya ia berada bersama teman – temannya di sekolah mendengarkan pelajaran. Kondisi keluarganya yang miskin tidak memungkinkan untuknya dan kakaknya bersekolah. Uang untuk makan sehari saja tidak cukup bagi keluarganya. Orang tuanya bekerja sebagai pemulung dan penjual minuman.
Ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengukir. Ia biasanya membantu orang tuanya berjualan di siang hari. Sore harinya ia pergi ke kebun belakang rumahnya, dan bermain dengan pisaunya mengukir sesuatu yang ada dalam imajinasinya.
Hari sudah menjelang malam. Ia sudah menyelesaikan ukiran patung mungilnya yang ke tujuh itu . Ia membereskan perlengkapannya dan memasukkan patung – patung kecil itu pada sebuah kantong kertas persegi. Ia berjalan meniggalkan tempat itu. Ia tak tahu harus kemana. Pulang kerumah hanya akan mendapatkan kemarahan ayahnya. Ia berhenti sebentar di tepi trotoar jalan sekedar menghilangkan lelah. Matanya mengamati lalu lalang kendaraan. Ia melihat sepotong kayu di tepi jalan. Pikirannya beralih. Sel – sel otaknya mulai berimajinasi. Ia ingin memiliki mobil bagus!
Setelah ia rasa cukup bagus, ia mulai memoles ukiran yang barusan ia buat itu dengan kain kasar. Ia mengeluarkan semua ukirannya dan menyusunya di atas sebuah papan kecil berukiran seperti rumput – rumput yang digoyang angin. Lengkap sudah! Gumamnya dalam hati. Sekarang ia memiliki sebuah rumah besar, mobil, lengkap dengan halaman dan dua pohon. Lalu ia tegakkan ukiran patung ibu, ayah, kakak dan dirinya berdekatan dengan rumah dan mobil.
.Sungguh menakjubkan. Terlihat pemandangan yang begitu indah dari susunan ukiran kayu itu. Sebuah impian berbentuk ukiran tiga dimensi tepatnya. Ia tersenyum puas dengan usahanya. Ia yakin impiannya bisa terwujud.
“adek, sedang apa?”, sebuah suara dari belakang membangunkannya dari bermimpi. Ada beberapa pemuda, preman tepatnya, di belakangnya.
“wah..bagusnya, ini adek sendiri yang bikin? Bagus ya..coba saya lihat.”, tangan salah seorang pemuda langsung mengambilnya. Tanpa ia sadari pemuda itu melemparkannya begitu saja di tengah jalan. Seketika patung ukiran itu berserakan di jalan. Tak hanya itu, ukiran itu hancur di gilas mobil yang lewat. Para pemuda itu tertawa terpingkal – pingkal. Ia hanya melihatinya dengan wajah pucat. Hampir tak ada kata – kata yang keluar dari mulutnya.
“Pergi sana! Dasar bocah gembel!”, bentak preman itu sambil terus tertawa pergi meninggalkannya.
Ia berjalan menuju ukirannya dengan wajah tegang, seperti kehilangan sesuatu yang berharga. Semua sudah hancur. Air matanya tidak berhenti mengalir. Nafasnya sesak menahan amarah. Ia tak mungkin melawan para preman itu. Ia hanya bisa meratapi apa yang terjadi.
Cukup lama ia menangis. Air matanya terasa sudah habis. Ia memutuskan untuk pulang. Ia tinggalkan begitu saja ukirannya di tepi trotoar.
Seseorang memungutnya. Ada satu bagian yang masih utuh. Ia tersenyum. Ia mengikuti anak tadi. Ia sampai pada sebuah gubuk yang kotor sekali. Ternyata ia seorang pemulung! Gumamnya. Jauh – jauh terdengar keributan. Sepertinya ia dimarahi. Husain! Oh itu namanya.
Keesokan harinya husain hanya duduk termenung di jendela rumahnya. Ia memandang hampa ke depan. Sayup – sayup ia melihat ada seseorang berjalan. Sepertinya menuju rumahnya. Benar! Orang tu sudah sampai di depan rumahnya dan mengetuk pintu rumahnya. Ada sedikit rasa cemas dan takut di hati husain. Namun ia beranikan membuka pintu setelah sebuah teriakan dari ibunya.
“Adek bernama Husain ya?”, pemuda itu menyapanya.
“i..i..iya..”
“Siapa husain?!”, serta merta ibunya menyeloroh kedepan. “Maaf mas, ada yang bisa kami bantu?”
“Saya cuma mau gasih ini sama anak ibu.”, pemuda itu membuka sebuah kantong plastik hitam.
Mata husain berkaca- kaca. Ia tak menyangka karyanya akan sebagus ini. Persis dengan yang ia buat, tapi berkilat dan bewarna. Ibunya pun kaget melihat karya tersebut. Ia setengah tak percaya itu buatan anaknya. Ia memeluk kepala anaknya.
“Ibu..saya dari Lembaga Seni Nasional, lembaga masyarakat yang memberikan pelayanan bagi yang memiliki bakat seni untuk mengembangkannya. Semua kami berikan gratis. Sebenarnya Husain, anak ibu memiliki kecerdasan dalam seni. Kami mau mengajak nya untuk mengembangkan bakatnya tersebut. Saya tahu bahwa ia tidak sekolah. Sayang jika bakat yang ada pada Husain tidak dikembangkan”. Tutur pemuda itu dengan lancar dan penuh ketenangan.
Senyum Husain mengambang. Matanya berbinar – binar. Ia merasa mimpinya kembali kerangkulannya. Jalan menuju impiannya sudah terbuka. Tunggulah! Aku datang! Gumamnya di hati.
Mata Husain tidak lepas memandang kepergian pemuda itu. Besok akan jadi hari terindah baginya di LSN. Ibunya telah menyetujuinya. Kalau ibunya sudah setuju, ayahnya akan setuju pula.
Mentari pagi begitu cerah. Udara terasa sejuk menerpa wajahnya. Burung – burung serasa bernyanyi untuk mimpinya. Senyumnya mengambang layaknya bunga mawar yang merekah. Ia berkata pad a dirinya. Aku memang serba kekurangan. Aku kalah dengan teman – teman ku yang bersekolah. Tapi, aku memiliki sesuatu yang membuatku tidak sendirian dan sedih. Mimpi dan impian!